BIAYA PELUANG DAN
SISTEM EKONOMI
A.Pengertian Biaya Peluang
Biaya
peluang muncul ketika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan dan dia harus
memilih salah satunya. Oleh karena itu, biaya peluang adalah nilai barang atau
jasa yang dikorbankan karena memilih alternatif kegiatan.
Konsep biaya peluang adalah sebuah peringatan bahwa jumlah rupiah yang dikeluarkan tidak selalu merupakan biaya yang sesungguhnya. Misalnya, jika pemerintah memutuskan untuk membangun jalan raya melalui taman kota, biaya tanah yang diperlukan untuk membangun jalan raya mungkin akan terlihat murah dalam hal anggaran atau biaya yang dikeluarkan. Akan tetapi, biaya peluang membuat jalan di atas taman sebenarnya akan dibayar ketika masyarakat semakin sulit untuk menikmati indahnya taman atau melepas lelah di taman tersebut.
Konsep biaya peluang adalah sebuah peringatan bahwa jumlah rupiah yang dikeluarkan tidak selalu merupakan biaya yang sesungguhnya. Misalnya, jika pemerintah memutuskan untuk membangun jalan raya melalui taman kota, biaya tanah yang diperlukan untuk membangun jalan raya mungkin akan terlihat murah dalam hal anggaran atau biaya yang dikeluarkan. Akan tetapi, biaya peluang membuat jalan di atas taman sebenarnya akan dibayar ketika masyarakat semakin sulit untuk menikmati indahnya taman atau melepas lelah di taman tersebut.
Contoh lain adalah biaya kuliah di perguruan tinggi. Jika kamu telah lulus
SMA atau MA dan memutuskan untuk kuliah di perguruan tinggi, kamu mungkin
menghitung biaya kuliah (antara lain uang semester, uang kos, buku pelajaran,
uang praktikum, dan uang pembangunan) berjumlah total Rp. 1o.000.000,00
setahun. Apakah jumlah tersebut adalah biaya peluang untuk kuliah di perguruan
tinggi selama setahun? Bukan! Kamu juga harus menghitung biaya peluang waktu
yang dihabiskan karena kuliah. Jika setelah lulus SMA atau MA kamu tidak
memilih kuliah, melainkan bekerja di sebuah pabrik, selama setahun kamu bisa
mendapatkan gaji total Rp. 13.000.000,00. Dengan demikian, jika kita
menambahkan biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk kuliah dan pendapatan yang
terpaksa kita korbankan karena tidak bekerja, kita akan mendapatkan biaya
peluang kuliah sebesar Rp. 23.000.000,00 (sama dengan Rp. 10.000.000,00 + Rp.
13.000.000,00).
Biaya yang benar-benar dikeluarkan disebut dengan biaya eksplisit. Adapun biaya peluang merupakan biaya implisit. Baik biaya eksplisit maupun biaya implisit harus diperhitungkan dalam melakukan keputusan-keputusan ekonomi. Kedua biaya ini disebut dengan biaya sesungguhnya (genuine cost).
Konsep biaya peluang ini adalah bahasan sentral dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi selalu mempertimbangkan biaya peluang dari setiap keputusan dalam memenuhi kebutuhan atau melakukan kegiatan ekonomi.
Dalam memilih bidang kegiatan produksi, kita harus melakukan perhitungan dengan cermat Misalkan saja dalam meningkatkan pendapatan nasional pemerintah meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke sektor industri. Akibatnya adalah hilangnya kesempatan kerja bagi puluhan juta orang di sektor pertanian karena harus menunggu untuk memperoleh pekerjaan baru di sektor lain. Selain itu, sarana pertanian yang dimiliki menjadi terbengkalai.
Biaya yang benar-benar dikeluarkan disebut dengan biaya eksplisit. Adapun biaya peluang merupakan biaya implisit. Baik biaya eksplisit maupun biaya implisit harus diperhitungkan dalam melakukan keputusan-keputusan ekonomi. Kedua biaya ini disebut dengan biaya sesungguhnya (genuine cost).
Konsep biaya peluang ini adalah bahasan sentral dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi selalu mempertimbangkan biaya peluang dari setiap keputusan dalam memenuhi kebutuhan atau melakukan kegiatan ekonomi.
Dalam memilih bidang kegiatan produksi, kita harus melakukan perhitungan dengan cermat Misalkan saja dalam meningkatkan pendapatan nasional pemerintah meninggalkan sektor pertanian dan beralih ke sektor industri. Akibatnya adalah hilangnya kesempatan kerja bagi puluhan juta orang di sektor pertanian karena harus menunggu untuk memperoleh pekerjaan baru di sektor lain. Selain itu, sarana pertanian yang dimiliki menjadi terbengkalai.
B. Perbedaan Biaya Sehari-hari dengan Biaya Peluang
Biaya adalah pengorbanan untuk mendapatkan suatu tujuan. Di
suatu perusahaan, biaya merupakan pengorbanan untuk memproduksi suatu barang,
memasarkan suatu barang, atau kegiatan lainnya. Jika pengorbanan itu untuk
memproduksi suatu barang, maka biaya atau pengorbanan tersebut dinamakan biaya
produksi. Jika biaya tersebut untuk memasarkan suatu barang, maka biaya
tersebut dinamakan biaya pemasaran.
Di atas kita telah menyinggung biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit perusahaan adalah pembayaran tunai untuk membayar sumber daya yang dibeli di “pasar sumber daya”. Didalam perusahaan, sumber daya adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas perusahaan. Biaya sumber daya dapat berupa upah, sewa, bunga, asuransi, pajak, dan sejenisnya. Dengan kata lain, biaya eksplisit adalah biaya peluang sumber daya perusahaan dalam bentuk pembayaran tunai.
Di samping pengeluaran tunai atau biaya eksplisit, perusahaan juga menghadapi biaya implisit yang merupakan biaya peluang (opportunity cost) dari penggunaan sumber daya milik perusahaan atau pemilik perusahaan. Untuk memperjelas hal ini, ikutilah ilustrasi berikut.
Hon Juan bekerja sebagai manajer marketing di suatu perusahaan otomotif terkenal di Jakarta. Hon Juan mendapat gaji per bulan sebesar Rp. 12.0o0.000,00. Karena ingin mengembangkan diri, ia berhenti bekerja sebagai manajer marketing dan membuka usaha sendiri bernama Bengkel Mujur. Bengkelnya menempati rumahnya yang dahulu disewakannya sebesar Rp. 5.00o.o0o,00 per bulan. Untuk modal kerja ia mengambil depositonya sebesar Rp. 5oo.o0o.000,0o yang berbunga Rp. 3.0oo.000,o0 per bulan. Pada Peraga dibawah ini disajikan laporan pengelolaan Bengkel Mujur.
Laba akuntansi adalah pendapatan atau penerimaan dikurangi biaya eksplisit. Laba ekonomi adalah pendapatan dikurangi biaya eksplisit dan implisit. Perusahaan baru dikatakan memperoleh laba secara ekonomi jika laba tersebut lebih besar daripada biaya peluang atau opportunity cost.
Jika kita cermati penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan biaya sehari-hari dengan biaya peluang. Biaya sehari-hari adalah pengorbanan yang harus dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan (kegiatan ekonomi), tanpa memperhitungkan kerugian karena dikorbankannya kegiatan lain. Di lain pihak, biaya peluang adalah biaya yang muncul secara implisit karena melakukan suatu kegiatan dan mengorbankan kegiatan yang lain.
Biaya sehari-hari muncul dari kegiatan apa yang dilakukan. Biaya peluang muncul dari kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan. Pada contoh perhitungan laba usaha Bengkel Mujur, gaji Hon Juan Rp12.000.000,00, bunga tabungan Rp3.0oo.000,00, juga sewa rumah Rp. 5.000.000,0o merupakan biaya peluang. Mengapa jumlah-jumlah itu disebut biaya peluang ? Sebab, jika Hon Juan tidak membuka usaha bengkel, maka jumlah uang tersebut akan tetap diterima. Pikirkan kembali masalah ini dengan definisi biaya peluang!
Bagaimana hubungan biaya peluang dengan laba? Mari kita lihat kembali laba akuntansi Bengkel Mujur milik Hon Juan. Apakah Bengkel Mujur dapat dikatakan beruntung jika Hon Juan memperoleh laba akuntansi sebesar Rp. 18.000.000,00? Jawabannya belum tentu! Untuk pembuktiannya mari kita tinjau ulang Laporan Perhitungan Laba-rugi Bengkel Mujur dengan mengandaikan penerimaan total Rp. 141.0o0.000,0o yang mengakibatkan laba akuntansi berjumlah Rp. 18.000.000,00.
Jika laba akuntansi lebih kecil daripada biaya peluang, maka perusahaan sebenarnya merugi. Jadi, jika penerimaan Bengkel Mujur hanya Rp. 141.0oo.000, lebih baik Hon Juan kembali bekerja di perusahaan otomotif.
Di atas kita telah menyinggung biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit perusahaan adalah pembayaran tunai untuk membayar sumber daya yang dibeli di “pasar sumber daya”. Didalam perusahaan, sumber daya adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas perusahaan. Biaya sumber daya dapat berupa upah, sewa, bunga, asuransi, pajak, dan sejenisnya. Dengan kata lain, biaya eksplisit adalah biaya peluang sumber daya perusahaan dalam bentuk pembayaran tunai.
Di samping pengeluaran tunai atau biaya eksplisit, perusahaan juga menghadapi biaya implisit yang merupakan biaya peluang (opportunity cost) dari penggunaan sumber daya milik perusahaan atau pemilik perusahaan. Untuk memperjelas hal ini, ikutilah ilustrasi berikut.
Hon Juan bekerja sebagai manajer marketing di suatu perusahaan otomotif terkenal di Jakarta. Hon Juan mendapat gaji per bulan sebesar Rp. 12.0o0.000,00. Karena ingin mengembangkan diri, ia berhenti bekerja sebagai manajer marketing dan membuka usaha sendiri bernama Bengkel Mujur. Bengkelnya menempati rumahnya yang dahulu disewakannya sebesar Rp. 5.00o.o0o,00 per bulan. Untuk modal kerja ia mengambil depositonya sebesar Rp. 5oo.o0o.000,0o yang berbunga Rp. 3.0oo.000,o0 per bulan. Pada Peraga dibawah ini disajikan laporan pengelolaan Bengkel Mujur.
Laba akuntansi adalah pendapatan atau penerimaan dikurangi biaya eksplisit. Laba ekonomi adalah pendapatan dikurangi biaya eksplisit dan implisit. Perusahaan baru dikatakan memperoleh laba secara ekonomi jika laba tersebut lebih besar daripada biaya peluang atau opportunity cost.
Jika kita cermati penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan biaya sehari-hari dengan biaya peluang. Biaya sehari-hari adalah pengorbanan yang harus dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan (kegiatan ekonomi), tanpa memperhitungkan kerugian karena dikorbankannya kegiatan lain. Di lain pihak, biaya peluang adalah biaya yang muncul secara implisit karena melakukan suatu kegiatan dan mengorbankan kegiatan yang lain.
Biaya sehari-hari muncul dari kegiatan apa yang dilakukan. Biaya peluang muncul dari kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan. Pada contoh perhitungan laba usaha Bengkel Mujur, gaji Hon Juan Rp12.000.000,00, bunga tabungan Rp3.0oo.000,00, juga sewa rumah Rp. 5.000.000,0o merupakan biaya peluang. Mengapa jumlah-jumlah itu disebut biaya peluang ? Sebab, jika Hon Juan tidak membuka usaha bengkel, maka jumlah uang tersebut akan tetap diterima. Pikirkan kembali masalah ini dengan definisi biaya peluang!
Bagaimana hubungan biaya peluang dengan laba? Mari kita lihat kembali laba akuntansi Bengkel Mujur milik Hon Juan. Apakah Bengkel Mujur dapat dikatakan beruntung jika Hon Juan memperoleh laba akuntansi sebesar Rp. 18.000.000,00? Jawabannya belum tentu! Untuk pembuktiannya mari kita tinjau ulang Laporan Perhitungan Laba-rugi Bengkel Mujur dengan mengandaikan penerimaan total Rp. 141.0o0.000,0o yang mengakibatkan laba akuntansi berjumlah Rp. 18.000.000,00.
Jika laba akuntansi lebih kecil daripada biaya peluang, maka perusahaan sebenarnya merugi. Jadi, jika penerimaan Bengkel Mujur hanya Rp. 141.0oo.000, lebih baik Hon Juan kembali bekerja di perusahaan otomotif.
4. Menghitung Biaya Peluang
Berikut ini akan diuraikan cara menghitung biaya peluang.
Agar lebihjelas perhatikan contoh berikut:
Setelah lulus SMA, Farida mendapat 2 tawaran pekerjaan. Tawaran pertama sebagai pelayan toko di dekat rumah dengan gaji Rp400.000,- per bulan. Tawaran kedua sebagai pramusaji di sebuah rumah makan di kotanya dengan gaji Rp900.000,- per bulan.
Dengan beberapa pertimbangan, di antaranya ingin dekat keluarga, akhirnya Farida memutuskan bekerja sebagai pelayan toko. Keputusan Farida memilih bekerja sebagai pelayan toko telah menghilangkan peluang untuk bekerja sebagai pramusaji yang sebenarnya bisa memberikan pendapatan Rp900.000,- per bulan. Dengan demikian, biaya peluang yang ditanggung Farida dengan memilih bekerja sebagai pelayan toko adalah sebesar Rp900.000,- per bulan.
Setelah lulus SMA, Farida mendapat 2 tawaran pekerjaan. Tawaran pertama sebagai pelayan toko di dekat rumah dengan gaji Rp400.000,- per bulan. Tawaran kedua sebagai pramusaji di sebuah rumah makan di kotanya dengan gaji Rp900.000,- per bulan.
Dengan beberapa pertimbangan, di antaranya ingin dekat keluarga, akhirnya Farida memutuskan bekerja sebagai pelayan toko. Keputusan Farida memilih bekerja sebagai pelayan toko telah menghilangkan peluang untuk bekerja sebagai pramusaji yang sebenarnya bisa memberikan pendapatan Rp900.000,- per bulan. Dengan demikian, biaya peluang yang ditanggung Farida dengan memilih bekerja sebagai pelayan toko adalah sebesar Rp900.000,- per bulan.
Sumber Pengertian Biaya Peluang atau Biaya Ekonomi
(Opportunity Cost):
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
http://www.infokuh.com/2013/10/pengertian-biaya-peluang-atau-biaya.html
BAYU ILHAM
RIZKY (UYAB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar